Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Jakarta besok, Senin, 2 September 2024, diprakirakan mayoritas cerah berawan, kecuali Jakarta Barat cerah. Demikianlah prediksi cuaca besok.
Cuaca Jakarta di siang hari, sebagiannya diprakirakan berawan, tanpa ada hujan sama sekali, seperti dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Baca Juga
Kemudian BMKG melaporkan melalui laman resminya www.bmkg.go.id, cuaca Jakarta pada malam hari diprediksi keseluruhannya cerah berawan, tanpa terkecuali.
Advertisement
Selanjutnya, untuk wilayah penyangga Jakarta yaitu Bekasi dan Depok, Jawa Barat diprakirakan cuaca pagi harinya cerah berawan, siang berawan dan malamnya cerah berawan.
Lalu di Kota Bogor, Jawa Barat diprakirakan cuaca pagi harinya cerah, siang berawan dan malam hari cerah berawan.
Sementara itu di Kota Tangerang, Banten langit paginya diprediksi cerah, siang berawan, dan malam hari berawan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Cerah |  Berawan Tebal |  Cerah Berawan |
 Jakarta Pusat |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Jakarta Selatan |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Jakarta Timur |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Jakarta Utara |  Cerah Berawan |  Berawan Tebal |  Cerah Berawan |
 Kepulauan Seribu |  Cerah Berawan |  Berawan Tebal |  Cerah Berawan |
 Bekasi |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Depok |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Kota Bogor |  Cerah |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Tangerang |  Cerah |  Berawan |  Berawan |
Perubahan Iklim Mengancam Kehidupan Global
Sebelumnya, perubahan iklim menjadi tantangan global terpenting bagi umat manusia saat ini. Laporan dari berbagai lembaga dunia di antaranya World Meteorological Organization (WMO), Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyatakan bahwa perubahan iklim akan terus terjadi dalam beberapa dekade mendatang apabila tidak dilakukan aksi mitigasi.
Dampak negatif yang telah ditimbulkan oleh perubahan iklim menuntut perlunya respons global untuk melakukan aksi mitigasi dan adaptasi.
Menurut laporan World Meteorological Organization (State of the Global Climate 2023) menyatakan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan anomali temperatur global 1,45 derajat celcius di atas periode praindustri dan selama sembilan tahun terakhir periode 2015-2023 adalah sembilan tahun terpanas sepanjang sejarah.
Seiring dengan kegiatan peringatan Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ke-77 tahun pada 21 Juli 2024, diadakan kegiatan 'Festival Aksi Iklim dan Workshop Iklim Terapan: Aksi Iklim Kaum Muda untuk Perubahan Iklim Indonesia' di Auditorium BMKG.
"Perubahan iklim ini adalah isu yang tidak bisa diabaikan. Jika tidak ada upaya mitigasi yang serius, dampaknya akan semakin parah dan merugikan masyarakat luas," ujar Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id.
Advertisement
Adaptasi yang Efektif
Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan, adaptasi efektif adalah bersifat sangat lokal, yang membutuhkan informasi cuaca, iklim dan air yang dapat diandalkan untuk mendukung pembuatan kebijakan adaptasi.
"Teruntuk para generasi muda alpha yang saat ini memiliki peran besar untuk menjaga kestabilan pemanasan global agar tidak meningkat diharapkan agar mereka dapat menjadi aktor utama upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk melalui sektor energi terbarukan," papar dia.
Adapun beberapa solusi yang bisa mereka lakukan saat ini bagi generasi muda (alpha) dalam menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi perubahan iklim.
Termasuk, kata Dwikorita, penggunaan teknologi ramah lingkungan dan praktik berkelanjutan, generasi muda diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Serta membangun jaringan dan kolaborasi dengan berbagai organisasi dan komunitas untuk memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," pungkas Dwikorita.